Oleh Siswono Yudo Husodo
Tinggal setahun usia pemerintahan periode 2004-2009. Usia politisnya kurang dari itu, karena, praktis setelah pilpres (kecuali SBY terpilih kembali), pemerintahan akan demisioner sampai pelantikan presiden baru.
Dalam empat tahun terakhir, SBY-JK sudah menunjukkan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi bangsa meski belum memuaskan sebagian rakyat.
Ketika terpilih pada tahun 2004, banyak harapan bahwa duet SBY-JK, pemimpin pemerintahan yang untuk pertama kali dipilih secara langsung oleh rakyat, akan menghasilkan prestasi besar dan fenomenal bagi kemajuan bangsa dan negara. Namun memang tak mudah untuk menciptakan karya besar sebagai tonggak sejarah dalam waktu yang singkat.
Pada kesempatan di seputar Hari Pahlawan tahun ini, izinkan saya mengajak sidang pembaca untuk merenungkan tonggak- tonggak besar dalam sejarah nasional negara kita. Dengan segala keterbatasan pada era mereka, kerja keras generasi pendahulu bangsa telah menghasilkan tonggak-tonggak sejarah yang sangat berarti bagi keberlanjutan bangsa dan negara Indonesia.
Secara umum, perjuangan bangsa kita untuk mencapai kemerdekaan bercorak amat lengkap. Ada upaya politik, sosial, dan budaya. Ada pula karya para pendiri republik yang sangat intelektual dengan banyak buah pikir ideologis yang amat bermutu. Juga ada perjuangan bersenjata.
Tak banyak bangsa terjajah yang memiliki kemampuan mengorganisasi perjuangan kemerdekaannya dalam arena politik, sosial, budaya, intelektual ideologis, diplomasi internasional, dan perjuangan bersenjata secara simultan seperti bangsa kita. Pada waktu itu, tersedia pula pilihan yang lebih aman dengan menyerahkan skenario masa depan yang dirancang penjajah.
Generasi pendiri bangsa dan negara kita memperlihatkan karakter bangsa pejuang yang ulet dan hebat, yang menolak didikte dan merancang sendiri skenario masa depan bangsanya.
Banyak yang menyatakan, para pendiri bangsa kita adalah the golden generation karena mereka bukan saja terdidik, tetapi juga tercerahkan dan memiliki semangat perjuangan yang amat besar untuk dengan percaya diri merebut kemerdekaan dan membangun kemandirian bangsanya.
Negara kebangsaan kita juga terbentuk atas upaya besar the founding fathers, yang tanpa kenal lelah, keluar masuk penjara memantapkan rasa kebangsaan Indonesia.
Tonggak pertama dan kedua
Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah peristiwa sejarah yang tak kalah nilainya dari proklamasi kemerdekaan. Tak banyak bangsa terjajah yang dapat melakukan hal ini; dengan kesadaran sendiri membentuk dan melahirkan bangsa terlebih dahulu sebelum negara.
Adapun proklamasi kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan 1945- 1949 adalah tonggak besar sejarah kedua. Revolusi kemerdekaan dilaksanakan ketika banyak negara terjajah yang lain menerima pemulihan kekuasaan kolonial di wilayah masing-masing tanpa melawan. Gerakan kemerdekaan Indonesia yang begitu hebat itu telah memberikan inspirasi kepada lebih dari 30 negara di Asia-Afrika untuk membebaskan dirinya dari penjajahan selepas Perang Dunia II.
Ketika merdeka pada tahun 1945, luas wilayah kedaulatan negara kita di darat seluas 1.900.000 km2 dan di laut hanya 240.000 km2. Hal ini disebabkan berdasarkan Hukum Internasional pada waktu itu, lebar laut teritorial suatu negara adalah 3 mil laut dari pantai, mengelilingi pulau. Di luar 3 mil adalah laut internasional sehingga saat itu wilayah negara kita dipisah-pisah oleh laut internasional.
Tonggak ketiga
Maka, lahirlah Deklarasi Juanda, 3 Februari 1957, yang mengklaim ”Konsep Nusantara”, yang menyatakan bahwa seluruh laut antarpulau Indonesia adalah laut kedaulatan negara Indonesia, tak peduli dalam dan jaraknya, sehingga wilayah negara RI bertambah menjadi sekitar 5 juta km>sup<2>res<>res<. Pada waktu itu, klaim ini ditentang dan tidak diakui secara internasional.
25 tahun kemudian, melalui diplomasi yang alot, akhirnya pada tahun 1982 di Konvensi Hukum Laut (Unclos) wilayah Indonesia diakui berupa seluruh Nusantara, ditutup dengan garis tertutup dengan lebar laut teritorial 12 mil laut dari batas terluar. Saat ini luas wilayah kedaulatan negara kita mencapai 5.193.250 km>sup<2>res<>res<, terdiri dari luas daratan 1.900.000 km>sup<2>res<>res<>sup<2>res<>res<.
Wilayah seluas itu masih ditambah wilayah hak penguasaan ekonomi berupa Zona Ekonomi Eksklusif (diukur 200 mil dari wilayah teritorial) seluas 2.700.000 km>sup<2>res<>res<>sup<2>res<>res<>sup<2>res<>res<.
Sekarang negara kita memiliki 17.504 pulau, 9.634 pulau di antaranya belum memiliki nama. Panjang pantainya 80.791,4 km>sup<>res<>res<, garis pantai tropis terpanjang dan terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Jadi, wilayah Indonesia lebih merupakan perairan dan kita termasuk negara dengan perairan terluas di dunia.
Kedudukan laut amat strategis dalam membangun persatuan dan kesatuan nasional. Tak berlebihan untuk menyatakan bahwa Deklarasi Juanda adalah tonggak besar ketiga dari sejarah nasional kita.
Adalah tugas setiap pemerintahan untuk mengantarkan negara bangsanya mewujudkan tonggak-tonggak besar sejarah selanjutnya. Namun, pada era sekarang ini, tak akan ada tonggak sejarah besar yang dapat kita capai tanpa prestasi di bidang ekonomi. Indonesia memiliki segala hal yang diperlukan untuk selamat dari krisis ekonomi dan untuk bangkit. Bukankah krisis selalu menghasilkan peluang?
Siswono Yudo Husodo Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Pancasila