Oleh Hamid Awaludin
Dengan suara amat meyakinkan, Senator Barack Obama terpilih menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat. Ia adalah warga Amerika Serikat kulit hitam pertama yang terpilih menjadi presiden.
Pada tahun 1988, Jesse Jackson—pendeta kulit hitam pertama yang maju sebagai kandidat presiden dan mendapat dukungan lumayan bagus. Ia, akhirnya ditaklukkan Mike Dukakis, rekannya di Partai Demokrat. Maka, saat Obama mengatakan, ”Amerika adalah benar-benar tanah harapan dan menjanjikan bagi siapa saja,” pada pidato menyambut kemenangannya, Jesse Jackson, yang berdiri tak jauh dari podium, meneteskan air mata keharuan dan kegembiraan.
Arti kemenangan Obama
Mitos mayoritas versus minoritas etnis dan ras di Amerika Serikat dalam politik, kini tinggal kenangan masa silam. Tembok pemisah antara kulit hitam dan kulit putih telah dirobohkan oleh kemenangan Obama. Tak mengherankan jika Obama menegaskan dalam pidato kemenangannya, perubahan fundamental kini benar-benar terjadi di Amerika.
Politik internasional
Dengan kemenangan Obama ini, bagaimana konstelasi politik internasional? Ketegangan di Irak diduga akan reda. Konflik internal di Irak akibat kesewenangan Amerika Serikat, dengan sendirinya pasti akan teratasi. Obama akan segera menarik pasukan Amerika Serikat dari gelanggang konflik yang berlarut-larut di Irak.
Efek positif kebijakan itu adalah, menghilangkan polarisasi global: Amerika Serikat bersama sekutu Barat-nya mendominasi gelanggang politik di Irak, akan tereliminasi dengan sendirinya. Dalam perspektif ini, Obama akan menciptakan perdamaian di Irak. Janji politik ini dipertegas lagi dalam pidato awalnya, ”Kita akan mendukung sepenuhnya siapa pun yang berikhtiar untuk menciptakan damai.”
Dengan menarik pasukan Amerika Serikat dari Irak, berarti, Obama akan menyelamatkan ekonomi negerinya. Betapa tidak. Untuk mendukung operasi militer Amerika Serikat di Irak, pemerintah Paman Sam harus mengeluarkan lima dollar AS per detik, yang berarti sekitar 144 miliar dollar AS tiap bulan.
Oleh Obama, uang para wajib pajak Amerika Serikat itu akan digunakan untuk menggerakkan ekonomi negerinya, apalagi selama ini krisis ekonomi global lebih dipicu oleh defisit anggaran pemerintah Amerika Serikat karena manuver kehausan politik dan penampangan hegemoni kekuasaan Amerika Serikat di Irak. Akibatnya, suku bunga dinaikkan dan para kreditor pun kelimpungan karena tak mampu membayar cicilan utang kepada bank. Hasilnya, ekonomi AS rontok, dan dunia ikut dibuat merana.
Dalam konteks ini, penarikan diri Amerika Serikat dari gelanggang Irak bukan hanya menyelamatkan wajah negerinya, tetapi juga mengembalikan kepercayaan dunia terhadap keunggulan ekonomi Amerika Serikat. Dengan anggaran yang dihamburkan di Irak selama beberapa tahun terakhir ini, ekonomi Amerika Serikat rontok. Bila anggaran itu bukan digunakan untuk kepentingan militer, tetapi untuk menggerakkan ekonomi, kepercayaan bisa kembali diraih. Ekonomi adalah masalah kepercayaan.
Lebih dari itu, bila Obama bisa kembali menggerakkan ekonomi negerinya yang porak poranda ”akibat ulah” kepemimpinan Bush yang satu partai dengan McCain. Jika berhasil, ini berarti Obama ikut memberi kontribusi atas perbaikan ekonomi global.
Bagaimana dengan Indonesia
Selama ini, banyak orang khawatir, kemenangan Obama berarti ancaman bagi Pemerintah Indonesia. Pasalnya, setiap kali Partai Demokrat menguasai Gedung Putih, rezim ini amat rewel terhadap masalah hak asasi manusia dan demokrasi. Sikap kritis dan rewel ini juga termasuk kepada Indonesia.
Kini kekhawatiran itu tidak perlu lagi terjadi. Masalahnya, kita harus jujur mengakui, sekarang ini, telah terjadi perbaikan signifikan terhadap kondisi hak asasi manusia di Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi pada praktik demokrasi di negeri kita. Semua parameter fundamental tentang demokrasi di negeri kita bukan hanya hadir, tetapi juga telah dipraktikkan. Bahwa di sana-sini masih ada hal yang tidak sempurna, itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menegasikan praktik demokrasi dan HAM yang kian hari kian membaik di Indonesia.
Maka, tidak ada alasan untuk khawatir bahwa kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Indonesia di bawah Obama kelak adalah kebijakan yang merepotkan Pemerintah Indonesia, khususnya yang terkait masalah HAM dan demokrasi. Indonesia mengalami perubahan fundamental pada kedua sektor itu. Indonesia kini berbeda dengan Indonesia di zaman Orde Baru.
Terkait kemenangan Obama, efek domino yang bisa terjadi di Indonesia kelak adalah ikut rontoknya mitos ras dan etnis mayoritas versus minoritas dalam spektrum politik Indonesia. Selama ini, terutama dalam era pemilihan langsung, baik tingkat daerah maupun nasional, mitos ini amat kental.
Kemenangan Obama ini bukan sekadar inspirasi, tetapi sekaligus pintu terbuka bagi siapa pun di negeri ini untuk bercita-cita menjadi pemimpin, terlepas latar belakang ras dan etnis yang dimiliki. Kebekuan pandangan mayoritas versus minoritas sudah cair di Amerika Serikat, yang bisa juga mencairkan kebekuan pandangan yang selama ini mendominasi Tanah Air kita. Maka, Indonesia juga bisa menjadi lahan harapan dan kesempatan bagi siapa pun.
Hamid Awaludin Dubes RI di Rusia