Oleh Aloys Budi Purnomo
QUO res cumque cadant, stat semper linea recta! Biarpun semua roboh, tetaplah di garis lurus! Menurut YB Mangunwijaya, ungkapan itu merupakan semboyan raja-raja Ligne.
Semboyan yang sama bisa memotivasi keindonesiaan yang sedang berjuang mengatasi keterpurukan. Inilah yang mungkin mendasari pernyataan Presiden Yudhoyono sebagaimana dilansir dalam berita jalan MetroTv (26/10/2008 pukul 16.45), ”Presiden: Indonesia bertekad menjadi negara maju, dengan perkokoh kemandirian bangsa, memacu daya saing bangsa, dan membangun peradaban bangsa”.
Tekad menjadi negara maju memperkuat kemandirian, memacu daya saing, dan membangun peradaban bangsa tidak boleh hanya menjadi slogan, tetapi harus memotivasi tindakan.
Tekad itu senada dengan seruan Prof Dr Ichlasul Amal (1998) saat mengajukan gagasan demi membangun strategi dan upaya menyusun agenda politik dalam reformasi, ”There is an urgent need not only to critize the past, but even more so to plan the future!”
Modal keindonesiaan
Keindonesiaan kita dibangun para founding father dengan tiga modal utama yang tidak boleh diabaikan siapa pun yang sedang dan akan memimpin republik.
Pertama, keindonesiaan sekarang ini dibangun dengan modal hati yang mampu mendengar, ikut terlibat, dan merasakan penderitaan rakyat yang pada masa itu tertindas penjajah asing.
Para founding father bahkan rela menderita secara pribadi maupun bersama keluarga dan kelompok. Mereka tidak gentar menghadapi penderitaan bersama rakyat. Mereka tidak hanya berbicara, tetapi nyata berjuang.
Kedua, para pendiri republik dengan segala upaya mengembangkan intelegensi yang tinggi. Karena itu, mereka mampu menyerap segala yang baik dan bijak dari berbagai budaya dunia, entah dalam tingkat regional Asia, internasional Eropa, maupun Amerika, bahkan benua lain.
Daya intelegensi tinggi membuat mereka peka terhadap tanda-tanda zaman dan menggunakannya sebagai modal untuk membangun cita rasa keindonesiaan. Aspek intelegensi tinggi nan cerdas ini tidak ditunggangi kemaruk kekuasaan, apalagi mencari keuntungan diri, keluarga, maupun kelompoknya.
Tujuan mereka satu: membangun kesatuan, keutuhan, dan kemerdekaan Indonesia sebagai bangsa merdeka dan mandiri!
Jalan damai
Modal ketiga yang tidak kalah penting dan harus dikembangkan adalah menempuh jalan damai. Para pemuda yang mewariskan momentum ”Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928” untuk bangsa ini bergerak membangun jalan damai. Mereka tidak mengandalkan kekerasan dalam memikirkan masa depan Indonesia.
Mereka mengedepankan persatuan dan kesatuan. Itu sebabnya mereka berseru satu tanah air, tanah air Indonesia; satu bangsa, bangsa Indonesia; satu bahasa, bahasa Indonesia.
Mereka mengutamakan jalan damai kesatuan dan persatuan, bukan kekerasan. Kalaupun terpaksa terlibat kekerasan dengan lawan, ia dipakai untuk menghayati hak membela diri, bukan untuk sekadar menyerang lawan dan menghancurkan pihak lain.
Agaknya, para founding father republik ini sadar. Keadaan yang dihadapi memang penuh kekacauan, kekerasan, dan penindasan dalam konteks feodalisme asing. Namun, mereka tidak kehilangan pedoman etis untuk mengedepankan sikap moral eling lan waspada.
Kearifan spiritual-kultural Ronggowarsita merasuki sepak terjang mereka bahwa sabegja- begjane wong kang lali, isih begja wong kang eling lan waspada. Sebahaagia-dan-merasa-beruntung mereka yang lupa masih akan bahagia-dan-beruntung mereka yang tetap sadar dan waspada.
Justru karena eling lan waspada, mereka terlibat penderitaan rakyat dan tidak mau mengeruk keuntungan di atas penderitaan rakyat. Karena eling lan waspada, mereka peka terhadap penderitaan rakyat dan berjuang demi rakyat.
Maka, benarlah ungkapan yang dikutip Jürgen Moltmann (1986) bahwa kelupaan menuntun (manusia) menuju pembuangan (kehancuran); (sedangkan) sikap sadar dan waspada mempercepat keselamatan (kesejahteraan).
Agaknya, para pemimpin dan para calon pemimpin bangsa ini perlu memahami betul modal keindonesiaan yang diwariskan para pendiri republik. Jika demikian, seburuk apa pun situasi kondisi bangsa ini dalam perspektif mana pun, kita akan tetap maju di jalan lurus menuju masa depan Indonesia yang maju dan jaya!
Aloys Budi Purnomo Rohaniwan, Pemimpin Redaksi Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan